www.Liputan6.com
Beragama itu sebaiknya membahagiakan bukan menyedihkan, Memudahkan bukan di Persulit, membebaskan bukan menjerumuskan, mengangkat derajat bukan menyesatkan, memanusiakan bukan membinatangkan, saling terbuka bukan saling curiga, Rahmatan bukan kebencian begitulah seharusnya agama dapat di representasikan dalam segala ruang sendi sendi kehidupan. Jika Allah saja dengan jelas dan tegas bahwa “Tidak ada paksaan dalam Beragama” tapi masih saja di temukan segelintir kecil pendakwah agama yang membuat pemeluknya murung dan susah berkepanjangan. Dalam menyampaikan pesan selalu kosa kata mereka dipenuhi diksi Kafir dan mengkafirkan, haram dan haram, bid’ah dan bid’ah. Mereka berteriak sampai berurat urat lehernya mengajak pada kebenaran padahal mereka hanya mengajak kepada kelompoknya. Pemeluk di doktrin sedemikian rupa hingga susah bergerak dan terbuka kecuali dalam kerangkeng yang sempit nan sumpek.
Sumber www.smol.id
Beragamalah dengan Baik dan Benar, kalupun jika kita hendak menyampaikan pesan sampaikan dengan hikmah. Menurut Sayid Qutub dakwah dengan hikmah akan terwujud apabila memperhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan situasi orang-orang yang didakwahi penting melihat kondisi. Kedua, kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka merasa tidak keberatan dengan beban materi tersebut. Ketiga, metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.
Sumber jurnalpost.com
Dalam beragama carilah pemahaman yang mendalam dan bacaan yang luas dengan beragam sumber dan pendapat lainya agar kita tidak terjebak pada fanatisme dan kebenaran Tunggal seolah-olah seperti tidak ada lagi kebenaran yang lain selain pendapat dan kelompok kita. Disamping pemahaman dan bacaan yang mendalam dan luas kesadaran diri akan kompetensi dan standarisasi para pendakwah juga perlu diperhatikan untuk mencegah pendangkalan keilmuan agama agar tidak mudah terprovokasi dan radikal.
Sumber : Deni Averous