NU dan Muhammadiyah Saudara Kembar Yang Tidak Hanya Mirip

.

Asyikasyik.com

Averous IAITF Dumai. Begitulah perempumaan Bahasa yang digambarkan bagaimana NU dan Muhammadiyah. Orang jika ilmunya  sudah sampai pada titik Menyegara (Mendalam dan Banyak Ilmunya) maka dia cenderung Sentripetal selalalu mengedepankan persamaan bukan sebaliknya berpikir sentrifugal selalu mengedepankan perbedaan yang senang memecah belah.  Begitulah cara berpikir ilmuan sebagaimana Dawuh Gus Mus  “Orang Muhammadiyah Yang Tinggi Ilmunya Akan Semakin Mirip Dengan NU Orang NU yang Tinggi Ilmunya Akan Semakin Mirip Muhammadiyah” ujar Gus Mus (Mustofa Bisri). Begitu juga dengan Tokoh NU Alm. KH. Abdurrahman Wahid dia pernah berujar “Gus Dur mengaku kalau dirinya sering dijuluki orang Muhammadiyah yang ada di NU. Namun, sebaliknya, KH Ahmad Basyir dijuluki orang NU yang ada di Muhammdiyah” Dikutip dari Nasional Okezone.com.

Sumber twitter.com

Keakraban NU dan Mumamadiyah sudah terjalin mesra, bermartabat dan Bersahaja dari pendahulu-pendahulunya Seprti KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari masih hubungan kerabat. Keduanya satu guru: ngaji dengan Syaikh Kholil dan Mbah Sholeh Darat. Bahkan satu kamar. Adik dari Mbah KH. Wahab Chasbullah (KH. Abdurrahim Chasbullah) menikah dengan keponakan KH. Ahmad Dahlan yang Muhammadiyah bernama Siti Wardliyyah. Hubungan ini sudah sangat lama.  Murid KH. Hasyim Asy’ari bernama Basyir lapor ke Kiyai Hasyim Asy’ari bahwa di Jogja ada seorang kiyai bernama Kiyai Ahmad Dahlan yang main musik, buat sekolah, ngerumat anak yatim, lalu Kiyai Hasyim Asy’ari bilang dan menyuruh Basyir: bantu beliau (Mas Dahlan). Basyir membantu perjuangan KH. Ahmad Dahlan. Putra Pak Basyir ini kemudian menjadi ketua Umum PP Muhammadiyah (KH. Ahmad Azhar Basyir). Hubungan keluarga KH. Hasyim Asy’ari dengan Muhammadiyah ini kemudian dilanjutkan oleh KH. Wahid Hasyim (Putra Yai Hasyim Asy’ari). KH. Wahid Hasyim menyekolahkan Gusdur ke Jogja dan Gusdur tinggal di rumah tokoh Muhammadiyah bernama Pak Junaid. Gusdur belajar agama juga dengan tokoh Muhammadiyah seperti Pak Maksum Abu Hasan, Pak Basyir dan Mbah Hana.

Pos Kupang.com

Tidak sampai disitu kemesraan itu juga di tunjukkan  pada Hubungan NU dengan Muhammadiyah dilanjutkan Gusdur sangat akrab dengan Kiyai AR Fachruddin (Ketua PP Muhammadiyah). Keduanya saling mengundang. Hubungan NU dengan Muhammadiyah dilanjutkan oleh KH. Hasyim Muzadi dengan Prof. Din Syamsuddin. Bahkan Muhammadiyah tahlilan ketika KH. Hasyim Muzadi wafat. Saat ini, hubungan NU dengan Muhammadiyyah terjalin kembali dengan sangat baik oleh Kiyai Yahya Cholil Tsaquf dan Prof. Haedar Nashir.

Sumber Bangka Tribunews.com

Dari pendahulu tokoh-toko besar NU dan Muhammadiyah dapat kita resapi dan kita petik pembelajaran bahwa pentingnya mendalami keilmuan agar tidak merasa kelompok kita yang paling benar yang lainya salah bahkan sampai pada tahap mengkafirkan, merasa pendapat kita yang paling benar seolah tidak ada lagi kebenaran pendapat yang lainya. Semoga generasi muda mengerti ini agar Mbah Hasyim Asy’ari dan Mbah Ahmad Dahlan di alam kubur jadi ridha dan bahagia. Karena anak cucunya akur dan saling bantu dalam membangun peradaban umat dan merawat semagat Kebangsaan Bersama-sama.

Sumber: Averous IAITF Dumai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *